Sekitar sebulan yang lalu, Kak Lidya, salah satu seniorku yang sama-sama sedang mengambil program master di kampusku yang sekarang, mendekatiku.
"Ruzen, kenal sama ibuk itu?" sambil menunjuk ke arah seorang ibu berperawakan kecil bermata sipit yang terlihat ramah. Aku mengikuti arah telunjuk Kak Lidya.
"Tau aja sih kak, gak kenal..cuma pernah lihat pas shalat tarawih. Ibunya Samera kan ya?"
"Iya, nah ibu itu minta aku untuk ngajarin anaknya ngaji, tapi aku udah ngajar anaknya Mbak Wati tiap minggu. Ruzen bisa gak? kalo bs aku kenalin ke ibunya"
"Hah,ngajar ngaji kak? gimana caranya? Aku gak bisa ngomong zhong wen[2] loh"
"Gak sulit kok, aku juga gak begitu bisa zhong wen, tp bs kok ngajar anaknya Mbak Wati"
Setelah mikir setengah detik, aku mengiyakan tawarannya Kak Lidya. Lalu mulailah aku dan si ibu berkenalan,
"你叫什麼名字 (Nǐ jiào shénme míngzì)?[3]"
"我 叫 Ruzana[4]"
" 我 叫Aisha, 我給你我的電話號[5]" Aisha Taitai[6] mendikte nomer hapenya, disini aku mulai kalang kabut, aku masih tergagap menghapalkan nomor dalam bahasa cina, jadi aku meminta si ibu mengulang lagi sampai 2 kali, haha. Begitulah sudah setahun disini tapi kemampuan bahasa mandarinku masih cetek, cukup lah untuk kepasar dan beli keperluan hidup. Itu pun bermodalkan menunjuk dan menyakan harga,haha.
Akhirnya aku dan Aisha Taitai bersepakat (tentunya dengan bahasa yang campur aduk, inggis-mandarin,hahahaha), minggu berikutnya jam 10 pagi aku akan ke rumahnya dan memulai pelajaran mengaji.
Dan di dalam bis pulang ke kampusku, aku mulai menerka-nerka akan seperti apakah pelajaran mengaji minggu depan (berasa kayak nonton silet yak :D). Antara excited dan cemas, tapi Iebih ke excitednya sih. I'm looking forward to meet the kids :D
Footnote:
[1] Saya Aisha
[2] Bahasa cina
[3] Nama kamu siapa?
[4] Wo jiao Ruzana = Saya dipanggil Ruzana
[5] Wo jiao Aisha, wo gei ni wo de dian hua hao = Saya dipanggil Aisha, ni saya kasih nomor hape saya ke kamu e.
[6] Ibu Aisha
Dan terjemahannya itu sedikit ada gaya anak banda aceh, maklum ya, berhubung aku anak banda sejati :D.