I saw her status appeared on my timeline that day. I smiled but suddenly my heart beat with the beat that hurt me. Hurt my feeling. Why did it hurt? I didn't know either.

"It won't be special without ur present "

I hope she had a great day. I hope what she wrote was real. At least it will come true soon. Hope if that special day was real, she will treat me better, and so do I. Will make our relationship better, better and better. Feel like family.

I called my mother, tell her I was in good mood. I gained weight again and again, although vegetarian food is the only option I have -_-. No Rendang, no Asam Keueung (Acehness traditional food), no Asam Udeung, no Ayam penyet :(. As a moslem, I don't eat meat that wasn't slaughter by Islamic way. What an irony. No fav food, but gain weight easily. Hahha.

I really want to ask my mother about her. I arranged the sentences already. But, it stayed inside my mouth. Not even a single word about her was spoken.


Hope u'll get what u want. And I can feel how sisterhood feels like.


**Friday night. Good night. Good news. My friend's pregnancy. Happy for u, kak :D

Dan ternyata kalo lagi gak pas mood..semua menjadi gak pas tiba-tiba. Gak match aja, semua yang dilihat salah, semua yang kerjakan gak bener jadinya, apa yang dimakan pun menjadi gak enak juga, padahal hobi makannya minta ampun dah.

Lalu laptop pun jadi ikut-ikutan gak bener. Browser jadi ngadat, minta install macam-macam. Yang dibaca pun jadi gak masuk otak. Arrrrgh.

Dan mood, bisa gak kita kerjasama aja? Swing mulu kan gak asik yak..pusing anak muda. Mari kita dengerin radio aja kalo gitu..lalu mandi dan tidur yak.

Kurasa sudah banyak suara2 sumbang dan cliche yang membicarakan para hijaber alias muslimah yang make hijab a.k.a jilbab (kalo bahasa indo nya). Nah aku juga jadi ikutan tergelitik berkomentar tentang topik yang satu ini.


Sepanjang ingatanku, fenomena jilbab ini pernah marak juga saat aku masih duduk di kelas 4 di MIN 1 (setingkat SD) Banda Aceh. Sebagai anak sekolah dasar yang belom peduli keadaan sekitar, aku tidak terlalu memperhatikan, apakah fenomena ini sampai menjangkiti orang2 dewasa juga.

Yang jelas, anak-anak di kelasku yang notabene muslimah, termasuk aku sendiri, heboh sekali meminta orang tua kami untuk menjahitkan rok panjang dan baju lengan panjang serta jilbab untuk kami pakai ke sekolah. Aku malah memaksa Umiku untuk menyelesaikan rokku hari rabu itu. Aku merengek-rengek.

Pokoknya, besok pagi harus bisa kakak pake, Mi!

Tapi nak, kancing roknya belum selesai

Tapiiiii Miiiiii, kakak udah janji sama kawan-kawan besok pake rok, baju panjang dan jilbab sama-sama.

Yaudah, Umi minta tolong Kak Beti kalo gitu.

Akhirnya Umiku mengalah demi anaknya yang udah ngebet banget mau pake jilbab. Dan benarlah besoknya dengan riang gembira aku melangkah ke sekolah lengkap dengan rok dongker panjang, baju panjang dan jilbab putih baru. Aku dan teman-teman pun gembira sekali karena melihat satu sama lain memakai jilbab. Aneh tapi seru. Biasanya kita ke sekolah dengan rambut dikuncir, berbando dan pernak pernik di rambut, tapi kali ini kepala kita tertutup jilbab. Senang sekali rasanya.

Yah, tapi namanya anak kelas 4 SD, pasti kita mengeluh kepanasan. Dan karena keterbatasan rok, baju lengan panjang dan jilbab, aku dan teman-teman hanya memakai jilbab pada hari Rabu dan Kamis saja. Hahaha.


Nah kembali ke masa kini.

Aku semacam melihat fenomena jilbab kembali muncul. Hanya saja karena aku sudah cukup dewasa untuk memperhatikan keadaan sekitar, aku sangat sadar bahwa fenomena berjilbab lebih heboh daripada saat aku masih SD dulu. Dari adanya komunitas jilbab yang menjamur dimana-mana, banyaknya tutorial berjilbab di yutube, majalah-majalah yang mulai meng-hire para model yang dipakaikan jilbab atao memang berjilbab.

Tentu saja aku senang bahwa jilbab ternyata gak dianggap aneh lagi, bahwa jilbab sudah tak asing, bahwa para jilbabers tak sulit lagi mencari kerja.

Allah Swt dalam Al Quran berfirman:
Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu.Dan Allah adalah maha pengampun dan penyayang.(Al Ahzab.59).

Sepengatahuanku, ayat inilah yang menjadi dasar diwajibkannya wanita-wanita muslim berjilbab. Yap agar mudah dikenali, agar dengan mudah sesama muslim mengenali satu sama lain, itu salah satu tujuan memakai jilbab.

Tapi ada satu yang menggajal hati, bahwa ternyata sangat banyak yang 'hanya' memakai jilbab, tanpa perduli lagi apakah jilbab yang dipakai menutup aurat atau hanya sekedar membungkus.

Loh, emang beda yak menutup sama membungkus?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

tutupbenda yg menjadi alat untuk membatasi suatu tempat sehingga tidak terlihat isinya, tidak dapat dilewati, terjaga keamanannya.  

menutup: menjadikan tidak terbuka (spt mengatupkan, mengunci, merapatkan) 

bungkuskata penggolong untuk benda yg dibalut dengan kertas (daun, plastik, dsb);  

membungkus: membalut seluruhnya sehingga tidak kelihatan


Ibnu Katsir mengatakan, 
“Jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di atas khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup).” (Syaikh Al Bani dalam Jilbab Muslimah). (http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/jilbabku-penutup-auratku.html)

Kalo menurutku sih menutup adalah menyembunyikan apa yang harus ditutupi (aurat) tanpa membentuk. Sedangkan kalo berbicara tentang membungkus aku akan langsung teringat timphan (makanan khas aceh yg dibungkus daun), dan lazimnya membungkus itu akan memperlihatkan bentuk benda yang dibungkus.

Jadi, masih menurutku nih ya, pake jilbab digaya2in sikit mah gapapa, selama esensi jilbab dan menutup auratnya masih ada. Daripada kesulitan wudhu gegara jilbab yang bak topan meliuk-liuk kan ya :P. Kalo berjilbab, tapi masih membungkus dan pake kain tipis yang masih memperlihatkan aurat yang berusaha kita tutupi kan jadi gak memenuhi syarat menutup aurat. 

So, apakah kita menutup atau membungkus aurat kita? 






**Lalu kalau masalah setelah berjilbab tapi kelakuan masih kesana-kemari, aku gak berani berkomentar aneh-aneh. Karena aku sadar bahwa kelakuanku juga masih banyak yang gak islami. Tapi kan gak salah jika memulai berjilbab sambil memperbaiki akhlak :D

Anyway, ini dia penampakan timphan :D






Pukul 12.04 malam, dan aku tiba-tiba merasa rindu sekali. Aku rindu diriku, rindu merasakan menjadi aku yang dulu. Aku yang suka menulis cerpen2an tentang apa-apa yang melintas dikepalaku, walaupun selalu mandeg di tengah jalan.

Aku yang dulu yang akan merapalkan ayat-ayat kitab suci selepas shalat, walaupun hanya 1-2 lembar. Bahkan terkadang kusempatkan membaca tafsir.

Aku yang akan memasak bersama umiku, atau hanya membantu mengaduk gula ke dalam seteko teh.

Aku yang akan menghubungi teman-temanku kapan saja. Sekarang aku hanya akan diam saja bahkan jika punya bertumpuk-tumpuk masalah.

Ntahlah, seperti ada yang salah dengan diriku yang sekarang. Kalau urusan berbeda, pastilah ada yang berbeda. Umurku makin banyak, sudah masuk hitungan duapuluhan. Dan aku berharap aku semakin dewasa, mulai bisa memilah hal yang baik. Walaupun ada saja hal yang belum bisa kutinggalkan, bahkan sering kali aku memulai sesuatu yang kutau tak baik, tapi belum bisa kuhindari. Tentu saja ada yang salah..tentu. Tapi aku seperti tak mau mengakuinya. Seperti ingin membuat pembenaran.





National Central University, 3 Maret 2014
G14, 349.
Zhongli, Taiwan.

Alkisah, terdapatlah 2 anak kecil  (usia berkisar 10 tahunan) yang satu secara fisik memang imut dan satu lagi berpostur sesuai usianya. Tapi semisal anak-anak SD jaman sekarang, mereka udah megang yang namanya hape elus alias hape touch screen, dan punya FB, twitter, instagram dan entah sosmed apa lagi. Dua orang anak Banda Aceh yang belajar di kelas yang sama ini sedang makan bakso di kantin sekolah sambil becakap-cakap.

"Eh Dahlia, kee[1] tau gak apa itu kecewa?" sambil asik men-tap hape touch screennya.

"Eh apha lhaghi ithu Kak Rhisthi?" jawab si Dahlia kesulitan, mulutnya asik mengunyah, pipinya saja sudah keliahtan menggelembung sangking penuhnya.

"Aku sebenanrnya pas lagi browsing, ketemu blog sapa gituu, tentang kecewa kek tu lah isinya. Gak ngerti juga aku, tapi penasaran. Kee mau baca? ato kita baca separagraf seorang kek waktu guru bahasa indonesia kita suruh kita baca berantai di kelas kek mana?" panjang penjelasan si Kak Risti (yang entah kenapa dipanggil Kak, padahal sekelas aja pun)

"Oke..pedes kali kak bakso aku! banyak kali tetarok[2] cabe tadi!!" kepedasan dan keringat mulai bikin Dahlia garuk-garuk kepala.

"Aku yang mulai paragraf pertama ya..ehem"


Kalian tau apa itu kecewa? Aku pun sebenarnya agak kabur tentang pengertian kecewa. Hanya saja bila aku sepertinya mulai merasa kecewa, sesuatu di dalam sini (kurasa sesuatu itu terlindung di balik rusuk) seperti berdenyut pelan.


"Udah, sekarang giliran kee"

"Eh iya kak, tapi aku mau nanya dulu boleh?"

"Mmm..nanya apa kee? kujelasin nanti" wajah Risti terlihat meyakinkan.

"Itu kak, maksud kabur itu, lari dari rumah ya? aneh kali kok. Teros sesuatu yg berdenyut yang dibilang disitu apa maksudnya? jantung? kan emang bedenyut dia, kalo gak matilah kita, sakit jantung namanya itu kak."

"Mmmm..banyak kali nanya kok kee. Nanti di kelas aku jawab e. Sekarang baca dulu lanjutannya" pudar keyakinan Risti, rupanya dia gak ngerti juga.


Lalu aku mulai meraba dan mencoba memastikan, apa aku benar-benar kecewa?
Seperti siang ini saat aku dan dia berbincang masalah masa depan, percakapan kami terus mengalir, sampai aku menanyakan hal yang aku tekankan jauh-jauh hari, bahwa aku memberi deadline untuk urusan yang satu ini. Dan seperti kusangka, ternyata saat dia memberikan jawaban, sesuatu di balik rusuk itu kembali berdenyut sangat perlahan, tapi terasa.


"Udah kak..mm, aku boleh nanya lagi?"

"Alah, nanti ajalah ya..belom abes kita baca ni" Risti buru-buru menjawab. Mati aku, susah kali pertanyaan si Dahlia ini, fiiuh.



Dan aku mulai sadar, bahwa kadang manusia terlalu cepat merasa kecewa, bahkan sebelum sesuatu terjadi. Kadang jika tak bisa menjawab ujian aku akan kecewa, padahal salahku karena tak belajar giat. Atau saat bos memberiku banyak sekali kerjaan di kantor, aku kecewa kenapa teman-temanku yang lain tak mendapat kerjaan sebanyak punyaku. Padahal aku akan senang nantinya dengan bonus yang kudapatkan. Lalu bila saat ini teman-temanku sudah menikah dan punya anak, sedangkan aku belum, aku kecewa tentu saja. Tapi pada siapa? Tuhan? Padahal aku sendiri belum tau rencana indah apa yang telah Dia siapkan untukku. Maka kuputuskan memenggal kekecewaan, karena Dia-lah Sang Creator sejati, kutunggu saja bagian cerita mana yang akan kumainkan selanjutnya.



teng..teng..teng..tiba-tiba bel tanda jam istirahat habis berbunyi.


"Eh dah habes waktu keluar maen-maen kita. Yoklah balek ke kelas. Dah habis pun bacaan tadi tu"

"Iya kak, eh tapi baksonya belom abes ni, gara-gara kakak suruh baca kecewa-kecewa itu. Gak ngerti aku ntah hapa dibilang.." jawab Dahlia sambil bersungut-sungut, lalu lari menuju gerobak bakso.

"Pak, baksonya boleh disimpan? nanti pas keluar maen-maen kedua saya balek lagi?" Dahlia nanya ke penjual bakso.

"Aduuh dek gak bisa, maaf yaaa"

"Yaudah lah Pak kalo kek gitu..yok Kak Risti kita masuk kelas" jawab Dahlia lunglai.

"Eh dek-dek, bayar duluuuu!"


 (sumber foto : http://www.jelajahunik.us/2011/10/ponsel-tak-lagi-monopoli-orang-dewasa.html)


-NB-

[1] kee = kamu
[2] tetarok = tidak sengaja menaruh ( put something, susah pulak nerjemahin dlm bhs indo yg EYD)

Saya mau ngucapin kepada anak-anak yang memang masih anak-anak, jaganlah kalian terlalu cepat dewasa yaa. Nanti efeknya bisa kek diatas tu, udah bayar bakso semangkok tapi gak sempat makan sampe habis, gara-gara kepo sama hal-hal yang belom waktunya untuk kalian tau. Mahaha.

Dan untuk yang udah dewasa, kalo gak ada kecewa pasti kita gak akan tau gimana rasanyanya gak kecewa itu :D, hahaha. (udah pada tau pasti yaa..haha)

Pernah nangis karena urusan sepele yg tingkatannya itu sepele sesepele-pelenya? hahaha.


Jadi kan tiba-tiba saya jadi teringat insiden rol plastik itu waktu baca blog temen yang mensyen rol plastik di dalamnya (bukan mensyen di fesbuk tapi ya). Yok lah kita flash back sebentar ke tahun 20**, biarlah saya tulis dalam format berbintang biar umur saya gak kesebar di dunia maya. 

Waktu itu saya masih duduk di kelas 3 SMA, dan seperti biasa kalau guru gak masuk kelas maka anak-anak sekelas (terutama saya yang paling girang) akan bersuka ria, bersuka cita dan bikin party sambilan menabuh genderang perang, eh gak ding, maksudnyah kita akan nabuh meja sebagai gantinya gendang dan nyanyi dengan suara serak banjir dan kemampuan mengenal nada yg minus banyak. 

Sedang asiknya kita nyanyi dan dengan teganya gak peduli sama kelas sebelah,huahahahhaha, ada satu cowok yg paling pinter di kelas dekatin meja saya

"Eh Ruzen, pinjem rol lah" cowok ganteng plus pinter dan pinter ceramah tapi pacarnya dimana-mana itu (mahahaha, kok jadi membuka rahasia dia ya, mudah2an dia gak baca)  

"Iya ambil aja di kotak pensil aku" jawab saya cuek, lanjut nyanyi2 gak jelas.

Tiba-tiba, hidung saya menangkap bau aneh dari deretan belakang, which is deretan duduk para cowok, dari yang pinter dan ganteng sampe yang ganteng tapi malas mandi, semua ngumpul disitu. Karena jiwa detektif saya lagi membara, saya dengan sok taunya melongok ke deretan belakang. Lalu saya terpaku, bengong dan tenggorokan tercekat (bayangin dulu baru lanjut baca)..dengan bersusah payah akhirnya 

"A..ap...apa yang kalian lakukan?" kira-kira kek gitu lah kalo dialognya masuk ke sinetron. Para kumpulan cowok itu menoleh perlahan, sebagian tercekat dan tak mampu berkata, sebagian terlihat nyembuiin sesuatu.

"Heh apa itu? cak [1] kasih nampak [2] sama aku!!" udah mau nangis aja saya melihat rol plastik saya mengalami penghakiman massa. Masak rol plastik saya yang udah jelek itu dibakar sama gerombolan cowok-cowok itu, didalangi sama cowok ganteng yang tadi minta pinjem rol. Ih party beneran mereka ini!! gak ada daging untuk dibakar rol pun jadi -_-'.

Dan ntah saya kesambet sinetron atau drama korea yang sering banget saya tonton waktu jaman itu, saya keluar kelas buru-buru, lari ke arah toilet sambil nangis sesegukan disana (tempatnya gak elit yak, toilet,haha). Eh tapi gak ada yg ngejar saya ding, emanglah drama korea itu too good too be true.


Dan balik dari toilet dengan mata yang masih merah dikit, satu cowok dari segerombolan cowok-cowok yang barberque-an pake rol saya, menghampiri. Lalu nanyain saya marah apa enggak dan minta maap dengan nada yang nyesal banget. Cowok ganteng pinter ceramah yang pinjem rol tadi itu malahan cuma senyum aja -_-, tumbok [3] sekali mau??. Jiwa kepremanan yang selama ini saya tutupi hampir terkuak (halah!) 

Besoknya cowok yang minta maap itu ngasih saya rol baru masih sambil minta maap, dan saya malahan jadi malu sendiri..rol aja kok ditangisin sih, Ruzen?



-R.I.P Rol Plastik-

[1] cak = coba
[2] nampak = memperlihatkan
[3] tumbok = tonjok

Diberdayakan oleh Blogger.

Yang Punya...

Foto saya
A wife and insya Allah a future mother :D. Small figure, suka jalan2 ke alam terbuka, tp jg suka mendekam drumah dgn setumpuk film n buku. Kadang kalo lagi kumat juga suka berbuat hal2 gila bareng anak2 dodol :D. Oia, saya juga suka banget sama suami saya *eh, itu mah harus yak :p Ex.mahasiswi Mipa Matematika, yg sedang awut-awutan menimba ilmu lagi di negeri formosa, berasa salah jurusan (wktu S1 merasa gini juga sih) tapi ya wes dilanjutkan aja, sejak kapan sih punya ilmu itu ngerugiin :D a life, sky, photography and Pepnosaurus lover ^_^

Followers