Perjalan kembaali ke Langsa terasa seperti menonton film2 dari masa lalu. Sepanjang jalan kami terus bercerita ini-itu, tentang masa sekolah dasar Ibu, kenakalan Aya ngoh (adik ibu), kepatuhan Ayah cut (adik bungsu ibu), baju ibu dan adik2nya yang hanya punya 1 baju untuk 3 hari dan juga tentang Abu nek yang sabarnya luar biasa.
Ya..secangkir besar teh hangat akan selalu dinikmati Abu Nek dengan beberapa keping biskuit yg kerasnya tak lazim itu bertimpa2 dan mengembang sampai dasar cangkir. Aku dengan setia menunggu di pangkuan Abu Nek hingga biskuit cukup lembut untuk dikunyah. Abu Nekku bukan laki2 yang banyak bicara, ia hanya berkata2 disaat penting. Yang paling aku senangi bahwa ia tak pernah sungkan untuk berbelanja ke pasar untuk istrinya.
Aku mungkin lupa nada suaranya saat bicara, warna suaranya pun aku tak ingat lagi, tp yg tak terlupakan adalah ia suka mendongeng (walaupun aku tak ingat keseluruhan cerita). Ada 2 dongeng yg ia suka perdengarkan, "Kancil dan Mentimun" dan "Penghuni Jingki (Bhs Aceh : Alat tumbuk beras agar menjadi tepung)".
Dan satu hal lagi, ia dengan sukarela mengijinkan aku yg masih SD dan gak tau malu itu untuk memakai mikrofon mushalla untuk bernyanyi2 sumbang sebelum magrib tiba, saat ia yg bertugas sebagai imam kampung mempersiapkan mushalla unt keperluan shalat.
Abu Nek juga seorang laki2 penyayang. Tak pernah ia memberatkan Jadda (nenek) dengan tugas2 rumah tangga jika ia bisa melakukannya sendiri. Bahkan ia selalu membantu Jadda membuat Kue sarang burung (Keukarah) untuk dijual. Saat ia diserang kebutaan sementara pun tak pernah ia minta diantarkan ke kamar mandi. Aku rindu..
Ah, Abu Nek..maafkan mungkin kesal pernah terwujud karena Jadda sering memintaku mengantrkanmu ke mushalla saat matamu tak cukup berfungsi, bukan aku membencimu, hanya kemalasan yg membuatku begitu, tak lebih.
Saat ban mobil mencetak jejak2 menuju Banda Aceh, tak lupa ada seplastik biskuit yang kerasnya tak lazim itu ikut kami bawa serta...
*sambil membayangkan menenggelamkan
sepotong demi sepotong biskuit kedalam secakir teh.
0 komentar:
Posting Komentar