(dengan peng-editan dikit,^_^V)Di sebuah senja temaram. .
Sebuah tulang rusuk mencari tubuhnya. .
“kau kah tubuhku?”, tanyanya saat menjumpai sebuah tubuh yang tulang rusuknya masih kosong.
“Entahlah aku tak tau!! Coba kau pasangkan tulang rusukmu padaku”, katanya pada si tukang rusuk.
Namun si tulang rusuk harus kecewa karena ukuran tubuh tersebut terlalu kecil sehingga tiada tempat bagi si tulang rusuk.
Ia kembali berjalan, kadang ia berlari mencari tubuhnya.
Dalam pencariannya pula tak jarang ia terjatuh dan nyaris hancur.
Keyakinannya lah yang membuatnya masih bertahan.
Suatu hari ia menemukan sebuah tubuh yang juga belum menemukan tulang rusuknya.
Dalam pencariannya pula tak jarang ia terjatuh dan nyaris hancur.
Keyakinannya lah yang membuatnya masih bertahan.
Suatu hari ia menemukan sebuah tubuh yang juga belum menemukan tulang rusuknya.
“Kau kah tubuhku?”, tanyanya sama seperti yang lalu.
“Tidakkah kau lihat ukuranmu terlalu kecil untukku?!”, jawab si tubuh angkuh dan tak perduli bahkan tanpa melihat reaksi tulang rusuk ia segera berlalu.
Tulang rusuk tak putus asa, ia tetap berusaha mencari tubuhnya. Karena ia yakin ‘Ia hanya belum bertemu dengan tubuhnya’.
Terkadang perasaan iri dan cemburu itu datang ketika ia melihat tulang rusuk yang sudah menemukan tubuhnya, begitu juga sebaliknya.
Terkadang perasaan iri dan cemburu itu datang ketika ia melihat tulang rusuk yang sudah menemukan tubuhnya, begitu juga sebaliknya.
Ia kembali menemukan sebuah tubuh.
“Kau kah tubuhku?”, tanyanya.
“Tidakkah kau lihat?! Aku terbuat dari intan berlian sementara kau berwarna coklat keemasan”, kata si tubuh bijak.
Ia menyadari bahwa warna mereka memang berbeda. Ia memiliki warna yang coklat keemasan, sementara tubuh yang ia jumpai berwarna seperti berlian yang terkena sinar matahari.
Tapi kini ia mengerti, tubuhnya tentu memiliki warna yang sama dengannya.
Semangatnya kembali.
Hingga suatu hari ia menemukan tubuh yang berwarna sama dengannya yang juga sedang mencari tulang rusuknya.
Tapi kini ia mengerti, tubuhnya tentu memiliki warna yang sama dengannya.
Semangatnya kembali.
Hingga suatu hari ia menemukan tubuh yang berwarna sama dengannya yang juga sedang mencari tulang rusuknya.
‘Mungkinkah ia tubuhku?’, batinnya.
“Kau kah tubuhku?!”, tanyanya.
“Entahlah. Aku juga sedang mencari tulang rusukku”, jawab si tubuh.
“Tidakkah kau lihat kita memiliki warna yang sama?”, Tanya tulang rusuk pada si tubuh, si tubuh mengangguk.
Tapi untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Walaupun memiliki warna yang sama dan ukuran yang tepat, tapi tulang rusuk merasa ada yang salah dari semua ini. Hingga ia sadari tubuh yang ia kira miliknya ternyata berbeda. Ia terbuat dari emas sementara tubuh tersebut terbuat dari kuningan.
Walaupun berwarna sama kuningan dan emas tetap berbeda.
Kini rasa putus asa melandanya. ‘Mungkin ia memang diciptakan untuk sendiri’, begitu pikirnya.
Ia memilih untuk menyendiri, bingung untuk terus mencari atau berhenti.
Dan mungkin inilah jawaban Tuhan dari do’a, usaha dan kesabarannya selama ini.Di sebuah senja temaram, tepat sama seperti saat ia pertama memulai pencariannya.
Walaupun berwarna sama kuningan dan emas tetap berbeda.
Kini rasa putus asa melandanya. ‘Mungkin ia memang diciptakan untuk sendiri’, begitu pikirnya.
Ia memilih untuk menyendiri, bingung untuk terus mencari atau berhenti.
Dan mungkin inilah jawaban Tuhan dari do’a, usaha dan kesabarannya selama ini.Di sebuah senja temaram, tepat sama seperti saat ia pertama memulai pencariannya.
Sesosok tubuh melihatnya.‘Kau kah tulang rusuk yang kucari selama ini?’, batinnya.
Ia tidak menegur hanya duduk disampingnya.
Ia melirik dengan malas tubuh yang duduk disampinya.
Sejenak ia terpana, tubuh itu mempunyai warna yang sama persis dengannya, tapi kejadian masa lalu membuatnya ragu.
Ia melirik dengan malas tubuh yang duduk disampinya.
Sejenak ia terpana, tubuh itu mempunyai warna yang sama persis dengannya, tapi kejadian masa lalu membuatnya ragu.
Hingga ia melihat mereka memiliki binar yang sama, dan ia juga belum mempunyai tulang rusuk.
“Kau kah tulang rusukku?”, Tanya tubuh yang duduk disampingnya.
Tulang rusuk terdiam. Ia bingung dengan semua ini.
“Entahlah”, jawabnya akhirnya.
“Tidakkah kau lihat kita mempunyai warna yang sama?”, Tanya si tubuh kemudian.
Tulang rusuk tersenyum. Pencariannya berakhir pada saat yang tidak ia sadari.
Bukankah Allah yang telah mengatur semuanya??
Siapa lagi yang mampu menulis sebuah kisah yang lebih baik dari pada Dia??
Tanyalah pada nuranimu, karena hanya ia yang mampu menjawabnya..
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan??
Then which of the Blessings of your Lord will you both (jinns and men) deny?
Bukankah Allah yang telah mengatur semuanya??
Siapa lagi yang mampu menulis sebuah kisah yang lebih baik dari pada Dia??
Tanyalah pada nuranimu, karena hanya ia yang mampu menjawabnya..
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan??
Then which of the Blessings of your Lord will you both (jinns and men) deny?
0 komentar:
Posting Komentar